Sangatlah sulit untuk mengakui kita salah, bahkan kepada diri sendiri, dan semakin sulit lagi berani mengatakan dengan lantang, “ Saya salah. ” Mengucapkan “ saya salah “ baru berarti jika berasal dari hati kita, bukan dari bibir. Seringkali diperlukan perubahan yang tulus dan menyeluruh dalam diri kita, karena kita perlu menerima bahwa kita bisa saja salah.
Ungkapan
secara terbuka ketika mengakui kesalahan dapat menjadi contoh kesediaan kita
untuk berubah dan bisa membawa dampak positif terhadap kehidupan orang lain.
Sifat keras kepala yang membuat kita ingin selalu benar dapat mecah belah teman
atau anggota keluarga. Kadang keinginan menjadi pihak yang benar dapat
menyebabkan pertengkaran yang tak layak dimenangkan, dan kalau dipikir lagi
bahkan sangat bodoh.
Bertahun-tahun
saya belajar, bahwa kesalahan harus berani diakui, dan juga harus menyesal.
Ketika melakukan kesalahan, kita mungkin telah menyakiti seseorang pada
prosesnya, maka pengakuan kita bukan sekedar teknis atau mekanis, yang cukup
hanya mengatakan orang lain benar dan kita yang salah, melainkan lebih dari
itu.
Titik
baliknya adalah ketika saya SMA, pada saat menerima raport kenaikan dari kelas
dua ke kelas tiga ternyata saya dinyatakan tidak naik. Bukan karena saya bodoh,
tapi karena seringnya saya bolos sekolah sehingga nilai di raport diberi nilai
merah semua. Saya telah menyakiti kedua orang tua yang membiayai sekolah saya.
Awalnya
saya tidak berani menghadapi kejadian ini, saya sempat pergi tanpa pamit selama
beberapa hari ke Jogya, numpang di rumah teman. Hingga akhirnya saya memutuskan
untuk pulang ke rumah, meminta maaf kepada kedua orang tua, mengatakan, “ Saya
salah dan saya menyesal.“ Peristiwa ini adalah peristiwa penting yang tidak
akan pernah saya lupakan dan saya telah belajar satu hal, bahwa saya harus
bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan.
Seiring
umur, saya telah berbuat banyak kesalahan dalam kehidupan dan telah mengakui
kepada diri sendiri dan orang lain bahwa saya jauh dari sempurna. Pengakuan
kita merupakan tanda kekuatan bahwa kita rendah hati dan tidak terlalu hebat
untuk mengakui kesalahan.
Mengakui
kesalahan terutama sulit dilakukan oleh orang-orang berada pada posisi
pemimpin. Mereka biasanya menyalahkan anak buahnya, melemparkan tanggung jawab
mereka sebagai seorang pemimpin. Namun dalam organisasi yang saya pimpin, saya
memberikan contoh kepada mereka
dengan berani mengatakan, “ Saya salah.”
Kemampuan
mengakui kesalahan membuat saya dapat
memperbaiki kesalahan dan bekerja sama mencari solusi. Mengakui kesalahan akan
menciptakan kesempatan belajar dari kesalahan dan memanfaatkan sudut pandang
orang lain.
“ Saya
salah “ mengubah perilaku dan memberi kita manfaat hubungan yang sehat saat
kita mencari cara-cara agar selalu positif. Jika bersalah, kita merasa tidak
nyaman, tapi lebih tidak nyaman lagi untuk mengakui kepada seseorang bahwa kita
salah. Bayangkan apa yang akan terjadi jika Anda mengatakan kepada seseorang, “
Saya salah, Anda benar.” Cobalah, Anda akan merasakan bahwa itu tidak terlalu
menyulitkan seperti yang Anda bayangkan, dan semakin lama akan semakin mudah
dilakukan.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.