Jumat, 02 Mei 2014

Emosi Yang Cerdas


Baru pertama kalinya mengikuti Japfa Chess Festival di Jakarta, salah satu atlit junior putri yang saya kirim kesana mengalami musibah, tasnya yang berisi perlengkapan catur, jam catur, hp, dompet dan akte kelahiran yang asli raib, dicuri orang saat ditinggal sholat padahal hanya berjarak satu meter di belakang sholatnya di mushola gedung pertandingan.

Menghadapi pencuri seperti ini pasti akan mengganggu emosi kita. Kemampuan berpikir kita akan memengaruhi emosi kita, demikian pula sebaliknya emosi kita akan memengaruhi kualitas pikir kita. Menurut pakar kecerdasan emosi Anthonio Dio Martin, “ Anda cerdas secara emosional jikalau nalar Anda sanggup mengarahkan ekspresi emosi Anda.”

Suatu ketika ada seorang ulama menangkap seorang pencuri sandal di masjidnya. Ia mengejar dan berhasil menangkapnya. Dalam situasi ini, sebenarnya ulama juga jengkel dan ingin mengumpat atau menghajarnya, namun ia berhasil mengendalikan emosinya dengan menggunakan nalarnya.

Dengan tegas ia menghardik, “ Saya tidak suka kamu mengambil sesuatu yang bukan milikmu. Nista sekali. Sekarang kembalikan sandal itu. Ini uang buatmu untuk membeli sandal dan berjanjilah kamu tidak akan mengulanginya lagi.” Nalar sang ulama sanggup mengendalikan emosinya kepada pencuri itu secara positif.

Seorang ibu terkejut ketika pulang dari pasar melihat dinding rumahnya penuh coretan spidol yang dilakukan oleh anaknya. Ia bingung dan berpikir bahwa bila ia marah, akan membunuh kreativitas anaknya. Bila dibiarkan, rumahnya menjadi kotor.

Akhirnya ia menempelkan kertas putih di dinding dan membolehkan anaknya melukis tapi hanya di dinding berkertas putih dan anaknya ternyata setuju. Si ibu merasa senang sebab kebersihan dinding rumahnya terjaga, dan kreativitas si anak pun tetap bertumbuh. 

Mereka yang cerdas secara emosional itu juga mengalami berbagai gejolak emosi, karena berbagai sebab dari sekitar mereka. Sang ulama marah kepada pencuri, si ibu juga terhadap anaknya. Namun mereka secara sadar berusaha mengendalikan dan memilih ekspresi emosi yang terbaik menurut mereka.

Kadang kita diperbudak oleh emosi-emosi yang menghasilkan tindakan kurang baik karena selama ini kita telah membiarkan diri kita yang dikendalikan oleh emosi. Bila kita mampu memakai nalar kita untuk mengarahkan emsoi kita, maka kita yang mengendalikan emosi kita bukan sebaliknya. Kita akan menjadi cerdas secara emosional, sehingga emosi menjadi sumber energi yang bermanfaat.


Kualitas emosi kita sesungguhnya juga sangat menentukan produktivitas dan hasil kerja kita. Anda pasti setuju bila dikatakan bahwa perasaan Anda saat bekerja sangat menentukan hal itu. Intinya, perasaan Anda dalam bekerja bisa menentukan apakah Anda bersemangat, merasa bosan, tertekan atau kehilangan semangat. Semuanya sangat tergantung pada perasaan saat Anda bekerja.

Agar Anda selalu dapat memilih emosi yang cerdas, mulai sekarang sebelum bertindak pikirkanlah apakah kali ini saya telah mengekspresikan emosi yang cerdas.  Atau pikirkanlah sejenak bagaimana kira-kira cara orang yang sangat Anda kagumi dalam mengekspresikan emosinya menghadapi situasi seperti yang sedang Anda hadapi sekarang. Marilah kita semua belajar memiliki emosi yang cerdas, mau ?

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.


Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. Terima Kasih Pak atas artikel-nya,...

    Jim Rohn berkata;. . .
    Weak is he that permits his attitude to control his actions, and strong is he who forces his actions to control his thoughts.

    Salam Sukses, HIDUP LUAR BIASA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Anda telah hadir kembali di blog ini, mas Nuzul. Saya merasa kehilangan ketika Anda absen beberapa lama, dan saya bisa membayangkan apabila tulisan saya yang absen tidak tayang selama berhari-hari, pasti lebih banyak lagi yang kehilangan. Tetap semangat, hidup hanya sekali, hiduplah dengan luar biasa !

      Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

      Hapus
  2. Iya Pak Han,Terima Kasih kembali,

    Jim Rohn mengatakan;...
    Like thoughts,...Seperti pikiran,
    Emotions have the capacity to propel us toward future fortune or future disaster,...
    Emosi memiliki kapasitas untuk mendorong kita ke arah keberuntungan masa depan atau
    bencana di masa depan,

    The feelings we carry within us about people,our work,our homes,our finances, and about the world around us collectively form our attitude,...Perasaan yang kita bawa dalam diri kita tentang orang-orang, pekerjaan kita, rumah kita, keuangan kita, dan tentang dunia di sekitar
    kita secara kolektif membentuk sikap kita,

    with the right attitude human beings can move mountains,...dengan sikap yang benar manusia dapat memindahkan gunung,

    with the wrong attitude they can be crushed by the smallest grain of sand,...dengan sikap yang salah mereka dapat dihancurkan oleh butir terkecil dari pasir,

    Think tomorrow today and live better tomorrow,

    hidup hanya sekali, hiduplah dengan luar biasa, . . . God bless !

    BalasHapus