Baru pertama kalinya mengikuti Japfa Chess Festival di Jakarta, salah satu atlit junior putri yang saya kirim kesana mengalami musibah, tasnya yang berisi perlengkapan catur, jam catur, hp, dompet dan akte kelahiran yang asli raib, dicuri orang saat ditinggal sholat padahal hanya berjarak satu meter di belakang sholatnya di mushola gedung pertandingan.
Menghadapi
pencuri seperti ini pasti akan mengganggu emosi kita. Kemampuan berpikir kita
akan memengaruhi emosi kita, demikian pula sebaliknya emosi kita akan
memengaruhi kualitas pikir kita. Menurut pakar kecerdasan emosi Anthonio Dio
Martin, “ Anda cerdas secara emosional jikalau nalar Anda sanggup mengarahkan
ekspresi emosi Anda.”
Suatu
ketika ada seorang ulama menangkap seorang pencuri sandal di masjidnya. Ia
mengejar dan berhasil menangkapnya. Dalam situasi ini, sebenarnya ulama juga
jengkel dan ingin mengumpat atau menghajarnya,
namun ia berhasil mengendalikan emosinya dengan menggunakan nalarnya.
Dengan
tegas ia menghardik, “ Saya tidak suka kamu mengambil sesuatu yang bukan
milikmu. Nista sekali. Sekarang kembalikan sandal itu. Ini uang buatmu untuk
membeli sandal dan berjanjilah kamu tidak akan mengulanginya lagi.” Nalar sang
ulama sanggup mengendalikan emosinya kepada pencuri itu secara positif.
Seorang
ibu terkejut ketika pulang dari pasar melihat dinding rumahnya penuh coretan
spidol yang dilakukan oleh anaknya. Ia bingung dan berpikir bahwa bila ia
marah, akan membunuh kreativitas anaknya. Bila dibiarkan, rumahnya menjadi
kotor.
Akhirnya
ia menempelkan kertas putih di dinding dan membolehkan anaknya melukis tapi
hanya di dinding berkertas putih dan anaknya ternyata setuju. Si ibu merasa
senang sebab kebersihan dinding rumahnya terjaga, dan kreativitas si anak pun
tetap bertumbuh.
Mereka
yang cerdas secara emosional itu juga mengalami berbagai gejolak emosi, karena
berbagai sebab dari sekitar mereka. Sang ulama marah kepada pencuri, si ibu
juga terhadap anaknya. Namun mereka secara sadar berusaha mengendalikan dan
memilih ekspresi emosi yang terbaik menurut mereka.
Kadang
kita diperbudak oleh emosi-emosi yang menghasilkan tindakan kurang baik karena
selama ini kita telah membiarkan diri kita yang dikendalikan oleh emosi. Bila
kita mampu memakai nalar kita untuk mengarahkan emsoi kita, maka kita yang
mengendalikan emosi kita bukan sebaliknya. Kita akan menjadi cerdas secara
emosional, sehingga emosi menjadi sumber energi yang bermanfaat.
Agar
Anda selalu dapat memilih emosi yang cerdas, mulai sekarang sebelum bertindak
pikirkanlah apakah kali ini saya telah mengekspresikan emosi yang cerdas. Atau pikirkanlah sejenak bagaimana
kira-kira cara orang yang sangat Anda kagumi dalam mengekspresikan emosinya
menghadapi situasi seperti yang sedang Anda hadapi sekarang. Marilah kita semua
belajar memiliki emosi yang cerdas, mau ?
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Terima Kasih Pak atas artikel-nya,...
BalasHapusJim Rohn berkata;. . .
Weak is he that permits his attitude to control his actions, and strong is he who forces his actions to control his thoughts.
Salam Sukses, HIDUP LUAR BIASA.
Terima kasih Anda telah hadir kembali di blog ini, mas Nuzul. Saya merasa kehilangan ketika Anda absen beberapa lama, dan saya bisa membayangkan apabila tulisan saya yang absen tidak tayang selama berhari-hari, pasti lebih banyak lagi yang kehilangan. Tetap semangat, hidup hanya sekali, hiduplah dengan luar biasa !
HapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.
Iya Pak Han,Terima Kasih kembali,
BalasHapusJim Rohn mengatakan;...
Like thoughts,...Seperti pikiran,
Emotions have the capacity to propel us toward future fortune or future disaster,...
Emosi memiliki kapasitas untuk mendorong kita ke arah keberuntungan masa depan atau
bencana di masa depan,
The feelings we carry within us about people,our work,our homes,our finances, and about the world around us collectively form our attitude,...Perasaan yang kita bawa dalam diri kita tentang orang-orang, pekerjaan kita, rumah kita, keuangan kita, dan tentang dunia di sekitar
kita secara kolektif membentuk sikap kita,
with the right attitude human beings can move mountains,...dengan sikap yang benar manusia dapat memindahkan gunung,
with the wrong attitude they can be crushed by the smallest grain of sand,...dengan sikap yang salah mereka dapat dihancurkan oleh butir terkecil dari pasir,
Think tomorrow today and live better tomorrow,
hidup hanya sekali, hiduplah dengan luar biasa, . . . God bless !