Jumat, 06 Juni 2014

Anda Bukanlah Korban


Setiap kali perusahaan mengadakan angket tentang program-program perusahaan yang boleh diisi oleh mereka dengan tanpa nama, mereka berani mengeluarkan pernyataan-pernyataan secara bebas.  Namun kalau harus diberi nama, mereka pasti tidak berani jujur karena takut. Saya senang membaca dan mempelajarinya karena saya jadi tahu bagaimana kualitas dari berbagai karyawan.

Yang merespons negatif biasanya mempertanyakan apa keuntungannya buat mereka, apa yang akan mereka peroleh dengan mengikuti program perusahaan, ujung-ujungnya adalah menyalahkan orang lain, sistem bahkan perusahaannya sendiri. Seolah-olah mereka menjadi korban ketidakmanusiawian perusahaan. Seakan-akan program itu hanya menguntungkan perusahaan dan merugikan mereka.


Apakah Anda juga merasa menjadi korban ? Apabila Anda juga merasa demikian, sebenarnya Anda mengorbankan masa depan Anda sendiri. Seorang trainer diundang untuk mengadakan pelatihan para agen asuransi, dan mereka semua mengeluh kepada sang trainer tentang buruknya program tersebut di perusahaan itu.  Trainer itu bertanya,” Mengapa tidak Anda ubah ?”

“ Apa maksud Anda ?” jawab mereka.

“ Anda kurang puas dengan program pelatihan yang disediakan. Anda merasa program pelatihan hanya buang-buang waktu dan merugikan waktu Anda, sama sekali tidak bermanfaat. Mengapa tak Anda ubah ?”

“ Itu bukan tugas kami.”

Sang trainer berkata, “ Begini, Anda bukanlah korban. Anda adalah para karyawan yang terbaik di perusahaan ini. Anda dapat membuat pemaparan kepada para pembuat keputusan atau direksi dan jika Anda memaparkan secara bijak-yaitu, Anda menyampaikan kepentingan mereka secara lebih baik daripada mereka sendiri, sebelum Anda menyampaikan kepentingan Anda, maka Anda akan menjadi pelopor-pelopor perubahan.”

Seorang karyawan bertanya kepada saya, “ Apa saya boleh tidak ikut training bapak malam ini ? Saya harus mengikuti turnamen badminton.” 

“ Kamu harus ikut, atau kamu memilih ikut ? tanya saya.
“ Saya harus ikut, pak “ dia menjelaskan.
“ Apa yang terjadi kalau kamu tidak ikut ?” 
“ Mereka mengeluarkan saya dari tim.”
“ Apa kamu suka konsekuensi itu ?”
“ Tidak.”


“ Dengan kata lain, kamu ‘memilih’ untuk pergi karena kamu ingin mendapat konsekuensi tetap dimasukkan dalam tim. Apa yang terjadi jika kamu tidak ikut training saya ?

“ Saya tidak tahu.”

“ Ayo pikirkan. Menurutmu apa konsekuensi alamiahnya jika tidak ikut training ?
“ Anda tidak akan mengeluarkan saya, kan ?”

“ Itu konsekuensi sosial, bukan konsekuensi alamiah. Kalau kamu tidak berpartisipasi dalam tim badminton, kamu tidak diikutkan permainan, itu konsekuensi alamiah. Tapi kalau kamu tidak ikut training, apa konsekuensi alamiahnya ?

“ Saya rasa, saya tidak mendapatkan ilmu, pak.”

“ Ya, benar. Jadi kamu mempertimbangkan konsekuensi ini dibanding konsekuensi yang lain dan membuat pilihan. Kalau saya jadi kamu, saya akan memilih ikut turnamen badminton, tapi jangan pernah mengatakan kamu ‘harus’ melakukan sesuatu.”

“ Saya memilih ikut turnamen badminton, pak,” jawabnya lembek.
“ Jadi tidak ikut training saya ?”


Kita bebas memilih tindakan kita, tapi kita tidak bebas memilih konsekuensi dari tindakan itu. Jadi, ingatlah, jika Anda mengangkat salah satu ujung sebuah tongkat, ujung yang lainnya juga akan ikut terangkat. 

Kalau boleh jujur, diri Anda hari ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang Anda buat kemarin. Anda tidak dapat mengatakan, “ Saya tidak memilih hal itu,” karena Anda bukanlah korban. Mungkin Anda saja yang memilih menjadi korban.

Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar