Setiap kali perusahaan mengadakan angket tentang program-program perusahaan yang boleh diisi oleh mereka dengan tanpa nama, mereka berani mengeluarkan pernyataan-pernyataan secara bebas. Namun kalau harus diberi nama, mereka pasti tidak berani jujur karena takut. Saya senang membaca dan mempelajarinya karena saya jadi tahu bagaimana kualitas dari berbagai karyawan.
Yang
merespons negatif biasanya mempertanyakan apa keuntungannya buat mereka, apa
yang akan mereka peroleh dengan mengikuti program perusahaan, ujung-ujungnya
adalah menyalahkan orang lain, sistem bahkan perusahaannya sendiri. Seolah-olah
mereka menjadi korban ketidakmanusiawian perusahaan. Seakan-akan program itu
hanya menguntungkan perusahaan dan merugikan mereka.
Apakah
Anda juga merasa menjadi korban ? Apabila Anda juga merasa demikian, sebenarnya
Anda mengorbankan masa depan Anda sendiri. Seorang trainer diundang untuk
mengadakan pelatihan para agen asuransi, dan mereka semua mengeluh kepada sang
trainer tentang buruknya program tersebut di perusahaan itu. Trainer itu bertanya,” Mengapa
tidak Anda ubah ?”
“ Apa
maksud Anda ?” jawab mereka.
“ Anda
kurang puas dengan program pelatihan yang disediakan. Anda merasa program
pelatihan hanya buang-buang waktu dan merugikan waktu Anda, sama sekali tidak
bermanfaat. Mengapa tak Anda ubah ?”
“ Itu
bukan tugas kami.”
Sang
trainer berkata, “ Begini, Anda bukanlah korban. Anda adalah para karyawan yang
terbaik di perusahaan ini. Anda dapat membuat pemaparan kepada para pembuat
keputusan atau direksi dan jika Anda memaparkan secara bijak-yaitu, Anda
menyampaikan kepentingan mereka secara lebih baik daripada mereka sendiri,
sebelum Anda menyampaikan kepentingan Anda, maka Anda akan menjadi
pelopor-pelopor perubahan.”
Seorang
karyawan bertanya kepada saya, “ Apa saya boleh tidak ikut training bapak malam
ini ? Saya harus mengikuti turnamen badminton.”
“ Kamu
harus ikut, atau kamu memilih ikut ? tanya saya.
“ Saya harus ikut, pak “ dia menjelaskan.
“ Apa yang terjadi kalau kamu tidak ikut ?”
“ Mereka mengeluarkan saya dari tim.”
“ Apa kamu suka konsekuensi itu ?”
“ Tidak.”
“
Dengan kata lain, kamu ‘memilih’ untuk pergi karena kamu ingin mendapat
konsekuensi tetap dimasukkan dalam tim. Apa yang terjadi jika kamu tidak ikut
training saya ?
“ Saya
tidak tahu.”
“ Ayo pikirkan. Menurutmu apa konsekuensi alamiahnya jika tidak ikut training ?
“ Anda tidak akan mengeluarkan saya, kan ?”
“ Itu
konsekuensi sosial, bukan konsekuensi alamiah. Kalau kamu tidak berpartisipasi
dalam tim badminton, kamu tidak diikutkan permainan, itu konsekuensi alamiah.
Tapi kalau kamu tidak ikut training, apa konsekuensi alamiahnya ?
“ Saya
rasa, saya tidak mendapatkan ilmu, pak.”
“ Ya,
benar. Jadi kamu mempertimbangkan konsekuensi ini dibanding konsekuensi yang
lain dan membuat pilihan. Kalau saya jadi kamu, saya akan memilih ikut turnamen
badminton, tapi jangan pernah mengatakan kamu ‘harus’ melakukan sesuatu.”
“ Saya
memilih ikut turnamen badminton, pak,” jawabnya lembek.
“ Jadi tidak ikut training saya ?”
Kita
bebas memilih tindakan kita, tapi kita tidak bebas memilih konsekuensi dari
tindakan itu. Jadi, ingatlah, jika Anda mengangkat salah satu ujung sebuah
tongkat, ujung yang lainnya juga akan ikut terangkat.
Kalau
boleh jujur, diri Anda hari ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang Anda
buat kemarin. Anda tidak dapat mengatakan, “ Saya tidak memilih hal itu,”
karena Anda bukanlah korban. Mungkin Anda saja yang memilih menjadi korban.
Salam
Sukses, Hidup Luar Biasa.